Alasan Bangsa Viking Hilang dari Greenland
Salah satu alasan Bangsa Viking menghilang dari Greenland adalah perubahan iklim. Borreggine menjelaskan pada mulanya, Greenland merupakan daerah yang memiliki lahan penggembalaan yang berlimpah.
Namun sekitar tahun 1250-an, iklim berubah memasuki Zaman Es Kecil yang menekan produksi jerami. Temperatur yang lebih dingin juga membuat lautan tersumbat dengan es dan sering hadirnya badai.
Badai mempersulit bangsa ini untuk mengirim gading walrus alias anjing laut yang merupakan komoditi ekspor utama mereka atau menerima impor peralatan dan senjata besi. Zaman ini juga mempersulit bangsa ini untuk mendapat makanan.
Pasar gading walrus atau gading anjing laut di Eropa pada masa itu anjlok karena digantikan oleh gading gajah berkualitas dari Afrika. Karena hal ini, bangsa Viking tidak punya komoditi bernilai lagi untuk diperdagangkan ke daratan Eropa.
Disebutkan juga punahnya populasi walrus di Islandia menjadi penyebab utama mengapa bangsa ini pindah dari Greenland. Thomas H McGovern, profesor antropologi di Hunter College, Amerika Serikat menyebabkan perburuan walrus memang menyokong kehidupan bangsa ini.
Bahkan mereka rela mempertaruhkan diri untuk berlayar selama berminggu-minggu di lautan yang berbahaya untuk mencari tempat perburuan walrus.
Alasan ketiga hilangnya bangsa Viking adalah hadirnya wabah Black Death yang hadir di tahun 1300-an di Norwegia. McGovern menjelaskan Norwegia adalah pintu masuk bangsa Viking untuk mencapai daratan Eropa.
Bangsa Viking yang tinggal di Norwegia diketahui ikut terintegrasi bangsa ini. Hal ini menurut McGovern membuat Norse runtuh sebagai negara.
Bentrokan dengan Inuit
Inuit adalah suku yang datang ke Greenland sekitar tahun 1200 Masehi. Teks-teks Nordik kuno menyebutkan ada pertempuran kecil di antara keduanya.
Meskipun begitu, belum pasti sejauh mana kontribusi Inuit terhadap kematian Viking. Suku ini pada akhirnya menggusur suku Norse (Viking) dan Dorset suatu kelompok masyarakat adat yang diyakini pertama kali tiba di Greenland pada tahun 800 SM.
"Saya membayangkan kemungkinan akan terjadi berbagai interaksi, namun interaksi yang kami miliki semuanya bersifat permusuhan," kata McGovern.
TEMPO.CO, Jakarta - Istilah Viking sering mengundang rasa penasaran, terutama bagi yang tertarik dengan sejarah. Namun, apa sebenarnya yang tersembunyi di balik kata tersebut? Mari kita gali lebih dalam mengenai asal-usul, arti sebenarnya, serta jejak budaya, dan pengaruhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Viking, yang juga dikenal sebagai Norseman atau Northman, merupakan anggota kelompok pejuang laut dari Skandinavia yang merajalela dan menjajah sebagian besar wilayah Eropa dari abad ke-9 hingga ke-11.
Dikutip dari The Converstion, asal usul nama 'Viking' tidaklah pasti. Mungkin berasal dari kata Norse Kuno 'vík', yang artinya 'teluk', merujuk pada tempat asal mereka di tepi laut. Ini juga bisa berasal dari Bahasa Inggris Kuno 'wc', yang berarti 'kemah', mengacu pada perkemahan sementara saat penjarahan.
Mereka berbicara dalam bahasa Old Norse, yang memberikan pengaruh besar pada bahasa Inggris karena pemukiman mereka di utara Inggris. Prasasti runik adalah catatan tulisan awal mereka, sering kali diukir di benda-benda dan dinding. Namun, sumber utama tentang budaya mereka adalah sagas, yang merupakan cerita sejarah mereka yang tercampur antara fakta dan legenda, ditulis pada abad ke-13 di Islandia.
Pengaruh mereka yang mengganggu ini secara mendalam mempengaruhi sejarah Eropa. Bangsa Denmark, Norwegia, dan Swedia yang beragama pagan ini mungkin terdorong untuk melakukan penjarahan oleh kombinasi faktor seperti kelebihan penduduk di tanah air dan kerentanannya korbannya di luar negeri.
Menurut Britannica, Viking terdiri dari para kepala suku pemilik tanah dan pemimpin klan, pengiring mereka, orang merdeka, serta anggota muda yang penuh semangat dari keluarga suku yang mencari petualangan dan jarahan di luar negeri. Di kampung halaman, mereka adalah petani yang mandiri, tetapi di laut, mereka adalah para perampok dan penjarah.
Selama periode Viking, negara-negara Skandinavia tampaknya memiliki surplus tenaga kerja yang praktis tak terbatas, dan para pemimpin yang berbakat yang bisa mengorganisir kelompok pejuang menjadi pasukan penakluk dan tentara, jarang sekali kurang.
Dilansir dari History Today, bangsa Viking dikenal sebagai penjarah dan perompak abad pertengahan yang menakutkan, namun juga sebagai penjelajah dan pelaut ulung. Mereka menjelajah ke Eropa, Asia, Afrika utara, dan Newfoundland.
Mereka membentuk rute perdagangan global dan menetap di berbagai wilayah, termasuk Britania, Irlandia, dan Franka, serta membentuk kerajaan Kievan Rs di Sungai Volga. Meskipun awalnya pagan, mereka kemudian berpindah agama dan membangun gereja kayu indah di Skandinavia.
Pasukan ini akan menavigasi lautan dengan kapal panjang mereka dan melancarkan serangan kilat ke kota-kota dan desa-desa di sepanjang pantai Eropa. Pembakaran, penjarahan, dan pembunuhan yang mereka lakukan membuat mereka diberi julukan víkingr, yang berarti "bajak laut" dalam bahasa Skandinavia awal.
Komposisi etnis yang tepat dari pasukan Viking tidak diketahui dalam kasus tertentu, tetapi ekspansi Viking di tanah Baltik dan Rusia dapat dengan wajar dikaitkan dengan orang Swedia. Di tempat lain, kolonisasi nonmiliter Kepulauan Orkney, Kepulauan Faroe, dan Islandia jelas dilakukan oleh orang Norwegia.
Di Inggris, penjarahan oleh Viking dimulai pada akhir abad ke-8 (terutama serangan terhadap biara Lindisfarne pada 793), tetapi lebih serius dimulai pada ]865, ketika pasukan yang dipimpin oleh putra-putra Ragnar Lothbrok menaklukkan kerajaan-kerajaan kuno di East Anglia dan Northumbria dan membuat Mercia menjadi pecahan dari ukurannya sebelumnya.
Konsekuensi penaklukan Viking di Inggris meninggalkan bekas yang dalam di wilayah yang terkena dampaknya, seperti struktur sosial, dialek, nama tempat, dan nama pribadi.
Secara keseluruhan, Viking adalah kelompok yang memiliki reputasi kompleks dalam sejarah. Mereka bukan hanya sekadar penjarah dan perompak, tetapi juga penjelajah yang mahir dalam pelayaran. Meskipun awalnya terkenal dengan serangan mengerikan, mereka juga berperan dalam membentuk jalur perdagangan global dan membangun pemukiman di berbagai belahan dunia.
detikers pernahkah menonton film How To Train your Dragon? Film animasi ini berkisah tentang Hiccup salah satu anak dari bangsa Viking dan teman-temanya yang belajar dan mengenal lebih dekat tentang naga.
Penggambaran bangsa Viking pada film tersebut adalah mereka yang tinggal di dataran dingin penuh es dan dekat dengan lautan. Pada kisah nyatanya, bangsa Viking memang hidup di daerah dingin tepatnya di Greenland lho!
Dikutip dari laman History, bangsa Viking diketahui hidup di daerah Greenland, utara Amerika, dekat Samudrera Arktik, sekitar tahun 958 Masehi. Dalam kisah-kisah Islandia abad pertengahan, bangsa ini dipimpin Erik si Merah dengan armada yang besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, ia menemukan daratan yang tertutup lapisan es yang luas. Erik menamainya sebagai Greenland sebagai upaya agar bangsanya membuat pemukiman.
Bangsa Viking juga dikenal dengan sebutan Norse membuat dua daerah pemukiman yakni Permukiman Timur di ujung selatan Greenland dan Permukiman Barat yang jaraknya 240 mill dari Permukiman Timur.
Marisa Borregine, seorang mahasiswa pascasarjana ilmu bumi dan planet di Universitas Harvard pada bulan April 2023 lalu mengeluarkan studi tentang keruntuhan Viking. Ia menyebutkan Permukiman Timur adalah tempat yang cukup berkembang dengan hadirnya 500 lokasi pertanian, 12 gereja dan perumahan yang terbuat dari tanah dan batu.
Pada puncaknya setidaknya ada 5.000 orang Norse yang tinggal di Greenland. Hingga pada akhir tahun 1300-an bangsa ini mengalami kemunduran.
Disebutkan sekitar tahun 1450, bukti arkeologi menunjukkan bahwa semua orang telah meninggal atau berlayar meninggalkan Greenland. Pada tahun 1721 hingga saat ini, tidak diketahui nasibnya para bangsa Viking, sampai akhirnya 5 alasan ini diketahui, apa saja?
Kenaikan Permukaan Laut-Kekeringan
Penelitian baru-baru ini menambahkan hilangnya bangsa Viking dari Greenland yaitu kekeringan yang terus-menerus dan kenaikan permukaan laut hingga 10 kaki.
Borreggine bersama timnya menemukan ada kenaikan permukaan laut di Greenland pada abad pertengahan secara signifikan. Kenaikan ini melebihi rata-rata global pada abad ke-20.
Secara keseluruhan bangsa ini banyak menghadapi tekanan hingga akhirnya mencapai titik kritis. Meskipun demikian, Borreggine menjelaskan sulit untuk mengetahui pentingnya faktor yang menyebabkan mereka akhirnya meninggalkan Greenland.
Bangsa Viking adalah sebutan untuk orang-orang Skandinavia yang memiliki tradisi kuat sebagai penjelajah lautan di wilayah Eropa sekitar akhir abad ke-8 hingga pertengahan abad ke-11.
Viking berasal dari bahasa Norse Kuno "vik" (teluk atau sungai) yang merupakan akar kata "vikingr" yang berarti bajak laut. Mereka juga dikenal sebagai Norseman (North man) yang berarti orang dari Utara.
Bangsa Viking biasa hidup di perairan dan mendiami sebagian besar benua Eropa. Mereka bahkan mampu mengarungi lautan hingga Afrika Utara, Mediterania, Amerika Utara, dan Timur Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai salah satu negara Skandinavia, Denmark merupakan bangsa Viking.
Zaman viking merupakan periode paling terkenal dalam sejarah Denmark.
Dilansir dari laman Kementerian Luar Negeri Denmark, zaman Viking Denmark dimulai sekitar 793 M. Kala itu, bangsa Viking Denmark melakukan penyerbuan ke pulau Inggris, Lindisfarne.
Bangsa Viking akhirnya mendirikan pemukiman di Yorkshire di Inggris Utara dan di Normandia di wilayah barat laut Perancis.
Zaman Viking berlangsung sekitar 250 tahun. Pada suatu masa, Viking Denmark Sweyn Forkbeard (Svend Tveskæg) dan putranya Canute the Great (Knud den Store) menjadi raja bukan hanya di Denmark tetapi juga di Norwegia, Swedia Selatan, Greenland, Kepulauan Faroe, Shetland, Orkney, dan sebagian wilayah Inggris.
Bangsa Viking melakukan perjalanan jauh ke luar wilayah kekuasaan mereka. Mereka salah satunya berlayar ke wilayah yang sekarang dikenal sebagai Rusia dan Turki.
Kemampuan navigasi Viking di laut juga membawa mereka hingga ke Greenland dan Amerika Utara.
Bangsa Viking terus menjarah dan mencuri, serta berdagang logam mulia, tekstil, barang pecah belah, perhiasan, dan bulu. Terkadang, mereka juga membeli dan menjual budak Eropa.
Bangsa Viking Norwegia kebanyakan berlayar ke barat. Mereka menyerbu dan menetap di Irlandia, Skotlandia, Inggris, Prancis, Kepulauan Shetland, Kepulauan Orkney, Hebrida, Pulau man, Kepulauan Faroe, dan Islandia.
Dilansir dari laman Britannica, orang keturunan Viking Norwegia menetap di Greenland dan melakukan ekspedisi ke Vinland.
Banyak orang Viking yang kemudian kembali ke kampung halamannya. Mereka bertemu dengan Eropa Barat dan pertemuan ini menjadi cikal bakal unifikasi dan Kristenisasi Norwegia.
Pada paruh kedua abad ke-9, kepala suku Viking Harald I Fairhair dari wilayah Oslo Fjord berhasil mengambil pantai barat, berkat aliansinya dengan para kepala suku Frostatingslag dan sebagian Gulatoringslag.
Pertempuran terakhir terjadi di Hafrsfjord dekat Stavanger antara 872 dan 900 M. Setelah itu, Harald menyatakan diri sebagai raja Norwegia.
Putranya, Erik I Bloodax, kemudian memerintah sekitar 930-935 usai membunuh tujuh dari delapan saudara laki-lakinya.
Bangsa Swedia dahulu dikenal sebagai bangsa Varangia atau Rus.
Awal mula bangsa Viking Swedia muncul yaitu ketika bangsa Rus berniat menemukan dan menjarah tanah-tanah baru di timur di sepanjang sungai Volga dan Dnieper.
Ekspedisi mereka berbeda dengan ekspedisi bangsa Denmark dan Norwegia di barat. Tujuan utama bangsa Rus adalah untuk berdagang.
Menurut penulis CJ Adrian, bangsa Viking Swedia membangun rute perdagangan yang panjang ke Timur Tengah dan sekitar Laut Hitam.
Pada abad ke-8 dan ke-9, Arab melakukan ekspansi di wilayah Mediterania. Jalur perdagangan di sepanjang sungai Rusia hingga Laut Baltik pun menjadi krusial.
Pada paruh kedua abad ke-9, kepala suku petani Swedia mengeksploitasi penduduk Slavia. Mereka menguasai jalur perdagangan di sepanjang Dnieper hingga Laut Hitam dan Konstantinopel, serta sepanjang Volga hingga Laut Kaspia dan Timur.
Namun, sejak abad ke-10, kendali pasar Rusia mulai berpindah dari tangan Swedia ke tangan pedagang Frisian, Jerman, dan Gotland, demikian dilansir dari Britannica.
Ketika mendengar kata “Viking”, mungkin imajinasi kita langsung tertuju pada sosok bertubuh besar, sebagaimana yajg banyak film kartun gambarkan. Atau justru, sekelompok fans sepakbola asal Bandung yang bernama Bobotoh Persib, dengan latar logo helm viking. Bisa jadi.Mengenal Viking, mungkin kita perlu memberikan gambaran tentang sekelompok penjelajah laut yang sering mengenakan helm bertanduk, dan berlayar di kapal panjang untuk merampok wilayah-wilayah Eropa. Mitos ini, meskipun menarik, hanyalah sebagian kecil dari cerita yang lebih panjang dari rentetan kisah yahg sebenarnya.
Kisah bangsa Viking adalah sebuah sejarah panjahg tentang peradaban, petualangan, penaklukan, kepercayaan mendalam terhadap dunia spiritual, dan juga tentang keruntuhan yang membawa perubahan besar dalam peradaban negara-negara modern di Skandinavia.
Awal Mula Bangsa Viking: Siapa Mereka?
Bangsa Viking berasal dari wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Skandinavia, mencakup Norwegia, Swedia, dan Denmark. Mereka mulai muncul sebagai kekuatan pada akhir abad ke-8 Masehi, dan periode ini sering disebut sebagai Zaman Viking. Sebutan “Viking” sendiri bukanlah nama etnis, melainkan istilah yang merujuk pada aktivitas mereka sebagai pelaut dan penyerbu. Mereka disebut sebagai “Vikingr”, yang dalam bahasa Norse Kuno berarti seseorang yang terlibat dalam ekspedisi laut, baik untuk berdagang, menjelajah, maupun merampok.
Beberapa literatur sejarah menunjukan kalau puncak kejayaannya. Bangsa Viking dikenal sebagai penakluk ulung. Mereka bukan hanya merampok, tetapi juga menjelajahi dan menetap di berbagai wilayah. Salah satu serangan paling terkenal adalah pada tahun 793, ketika Viking menyerang biara Lindisfarne di Inggris, menandai dimulainya serangkaian serangan brutal ke seluruh Eropa. Mereka menjelajah hingga ke Mediterania, pesisir Rusia, bahkan Amerika Utara—jauh sebelum Columbus menginjakkan kakinya di Benua Baru.
Namun, di balik reputasi sebagai penakluk, Viking juga dikenal sebagai kelompok pedagang yang cerdas. Mereka membangun jaringan perdagangan luas yang mencakup Timur Tengah, Asia, dan Eropa. Pada periode selanjutnya, bangsa Viking juga dikenal sebagai petani dan pemukim. Mereka mendirikan permukiman di tempat-tempat seperti Islandia, Greenland, dan bahkan sebagian wilayah Inggris serta Prancis. Sebuah bangsa yang hidup dari laut, mereka menggantungkan kehidupan pada kemampuan navigasi dan inovasi kapal yang mereka miliki, seperti kapal panjang yang bisa menempuh perjalanan jauh di lautan dan melintasi sungai-sungai dangkal.
Kepercayaan dan Dunia Spiritual Viking
Bagi bangsa Viking, dunia bukan hanya terdiri hanya dari kehidupan fisik, tetapi juga spiritual. Mereka percaya pada panteon dewa-dewi yang dipimpin oleh Odin, dewa perang dan kebijaksanaan. Dewa-dewa lain seperti Thor, dengan palu Mjölnir-nya, dan Freyja, dewi cinta dan kesuburan, juga sangat dihormati. Kepercayaan Viking terhadap kehidupan setelah mati adalah beberapa aspek menarik yang kerap diromantisasi dalam berbagai kisah modern.
Valhalla, aula para pejuang, adalah salah satu inti dari kepercayaan mereka tentang akhirat. Hanya mereka yang mati dengan gagah berani di medan perang yang dipercaya akan dibawa oleh valkyrie, pelayan Odin, ke Valhalla. Di sana, mereka akan hidup abadi, berlatih perang setiap hari, dan makan serta minum di malam hari, mempersiapkan diri untuk Ragnarok, pertempuran akhir zaman.Bagi seorang Viking, mati dalam peperangan adalah kehormatan tertinggi. Kepercayaan ini menjelaskan mengapa mereka seringkali bertempur dengan penuh keberanian dan terkadang justru tampak nekat—mereka tidak takut mati, melainkan menantikan perjalanan ke Valhalla.
Keruntuhan Bangsa VikingsNamun, seperti semua peradaban besar, kejayaan Viking tidak berlangsung selamanya. Pada abad ke-11, kekuatan bangsa Viking mulai memudar. Sejumlah faktor berperan dalam keruntuhan ini. Salah satunya adalah munculnya kekuatan-kekuatan lokal di wilayah yang mereka taklukkan. Bangsa-bangsa Eropa yang sebelumnya terpecah mulai bersatu dan membangun pertahanan yang lebih baik untuk melawan serangan Viking.
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata skandinavia? Apakah kamu membayangkan wilayah dingin yang sering ditutupi salju? Atau beberapa pemain sepak bola terkenal yang berasal dari wilayah skandinavia seperti Erling Haaland, Martin Ødegaard, dan Rasmus Højlund? Atau teringat kelompok orang barbar seperti Viking?
Pembahasan tentang skandinavia tentu tidak lepas dari negara-negara yang termasuk di dalamnya, seperti Denmark, Norwegia, Finlandia, dan Swedia. Dalam berbagai sumber sejarah terdapat kelompok orang yang dikenal sebagai pejuang laut dari Utara yang tersebar luas dan menjajah sebagian besar wilayah Eropa pada abad ke-8 hingga abad ke-11 masehi, kelompok tersebut adalah Viking.
Bangsa Viking dikenal sebagai kelompok orang-orang yang mengerikan karena sering melakukan perampokan dan penjarahan di berbagai wilayah. Kehadirannya menjadi ancaman besar bagi para penganut agama, karena mereka kerap kali menjadikan tempat peribadatan seperti gereja sebagai target jarahan mereka.
Saat ini, berbagai serial hiburan seperti film dan game kerap mengangkat bangsa Viking sebagai tema dalam serial mereka. Akan tetapi, seberapa akuratkah penggambaran mereka dengan sosok bangsa viking yang sebenarnya?
Sebagai disclaimer, penulis tidak berlandaskan pada literatur yang mendalam, melainkan berdasarkan pengalaman pribadi penulis dari film atau serial yang pernah ditonton, game yang pernah dimainkan, serta beberapa artikel yang membahas tentang sejarah viking.
Dalam dunia film, terdapat serial berjudul “Vikings”. Dari namanya, serial ini memberikan gambaran tentang kehidupan Viking di masa berjayanya. Bercerita tentang seorang legenda Viking bernama Ragnar Lothbrok yang berhasil melakukan penjarahan pertamanya ke Inggris di tengah banyaknya stigma negatif tentang dirinya akibat pemimpinnya yang sebenarnya tidak mengizinkan dirinya untuk berlayar.
Selama melakukan penjarahan, muncul pemikiran di benak Ragnar untuk mendirikan pemukiman di daerah Inggris. Hal itu dikarenakan Ragnar melihat tanah di Inggris subur sehingga dapat dengan mudah bercocok tanam. Beda halnya di tempat asal Ragnar yang daerahnya cenderung dingin sehingga tergolong sulit untuk bercocok tanam.
Keganasan bangsa Viking dalam serial ini dapat terlihat pada salah satu ritualnya. Di salah satu episode terdapat adegan Ragnar Sang Jarl (Sebutan untuk pemimpin tertinggi di salah satu wilayah yang dikuasai Viking) melakukan ritual penyiksaan yang dikenal dengan sebutan Blood Eagle.
Dalam ritual tersebut, Ragnar membelah bagian belakang korbannya kemudian membentangkan tulang rusuk bersama organ-organ dalamnya, bagaikan sayap elang. Hal tersebut dipercaya mereka agar tubuh orang tersebut dapat terbang ke Odin, dewa utama dalam Mitologi Nordik.
Berdasarkan screenrant.com, terdapat tiga tokoh dalam dunia nyata bernama Halfdan, Ivar, dan Ubba yang disebut sebagai anak dari Ragnar Lothbrok. Ketiganya melakukan invasi serius ke Inggris, tepatnya di wilayah East Anglia (Anglia Timur) pada 865 Masehi. Invasi dilakukan mungkin dengan maksud ingin membalas kematian ayahnya yang menurut beberapa literatur belum diketahui secara pasti motif kematiannya.
Berbeda dengan ketiga tokoh di atas, terdapat beberapa pendapat yang masih meragukan eksistensi Ragnar Lothbrok di dunia nyata. Hal tersebut dikarenakan kurangnya catatan sejarah yang ditemukan tentang dirinya. Meski begitu, ia memiliki peran penting dalam legenda Viking bahkan diakui sebagai putra dari tokoh Viking yang diakui eksistensinya.
Dalam dunia game, terdapat satu game open world yang dapat kamu mainkan dengan tema Viking, yaitu Assassin’s Creed Valhalla. Di sini kamu berperan sebagai salah seorang Viking bernama Eivor yang berpetualang dari Norwegia hingga wilayah Inggris. Tujuan utamanya adalah memperluas relasi dan membuat pemukiman di Inggris bersama anggota klan asalnya bernama Raven Clan (Klan Gagak).
Game ini diwarnai dengan pemandangan indah yang berusaha menggambarkan kondisi Inggris dan Norwegia di masa kejayaan bangsa Viking. Tidak heran, Ubisoft sebagai pengembang game tersebut memang memiliki reputasi yang baik dalam mengangkat tema sejarah dalam membuat seri Assassin’s Creednya.
Tentu tidak seluruh penggambaran fiktif tentang Viking benar adanya. Keakuratan fakta sejarah memang seringkali dikorbankan demi kepentingan cerita ataupun permainan yang seru dari sebuah serial.
Dari dua contoh yang diberikan, baik serial Vikings maupun Assassin’s Creed Valhalla, terdapat beberapa hal yang sebenarnya masih menjadi perdebatan di beberapa adegan yang ada di dalamnya.
Sebagai contoh, sebenarnya masih terdapat perdebatan yang mempertanyakan apakah ritual Blood Eagle ini benar-benar pernah terjadi di masa lalu atau tidak. Akan tetapi, baik pada Vikings maupun Assassin’s Creed Valhalla masih tetap memasukkan ritual tersebut ke dalam suatu adegan dalam karya mereka.
Hal tersebut mungkin dilakukan untuk memberikan gambaran seberapa brutal dan mengerikannya bangsa Viking. Adanya adegan tersebut juga dapat menjadi nilai tambah dari karya-karya itu karena dapat memberikan kesan yang cukup membekas terhadap penikmatnya.
Sebagai literasi tambahan, pada tahun 2022, terdapat sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa ritual Blood Eagle ini kemungkinan pernah terjadi. Penelitian tersebut dipublikasikan oleh The University of Chicago Press, yang membahas tentang pertimbangan keterbatasan anatomi dan sosiokultural yang memungkinkan ritual tersebut dapat dilakukan.
Dibalik itu semua, mengkonsumsi konten-konten tertentu dapat menjadi awalan yang baik dalam mempelajari suatu hal, dalam konteks ini yaitu mempelajari tentang bangsa Viking. Terlebih jika muncul ketertarikan untuk mencari tahu lebih lanjut setelah mengkonsumsi konten-konten tersebut.
Hasil karya seperti ini sebenarnya bisa terbilang sukses karena membangkitkan rasa penasaran orang-orang. Dari rasa penasaran tersebut muncul beberapa forum diskusi yang diharapkan dapat menghasilkan kebenaran dari apa yang sedang dibahas.
Ingat untuk tetap mencari tahu lebih lanjut agar tidak terkena bias sejarah akibat mengkonsumsi konten-konten hiburan seperti itu, tentunya untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
Muhammad Mukram Mustamin
Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2021
Sekaligus Reporter PK identitas Unhas